Tragedi… ujung jari telunjuk kaki kiriku…

Tertanggal 8 September 2010, saya mulai mempersiapkan semua yang akan dibawa pulang mudik. Pagi hari harus mengurus semua yang berkas untuk mendapatkan SKL S1. Estimasi saya, staf AJMP pasti datang agak siang untuk melakukan tugasnya, minimal pukul 09.00 sudah ada di tempat kerjanya. Pukul 08.30 sampai pula kaki ini menginjakkan bumi fkh dan ternyata, tidak di duga-duga… AJMP tutup… kemudian Drh. Ligaya datang dan bertanya, “lho kok gak pulang, lagi nunggu siapa? Saya menjawab, “insyaAllah nanti siang dok, ini lagi nunggu AJMP buka untuk mengurus SKL skripsi. Drh. Ligaya, “ oh, bukannya sudah tidak aktif lagi ya… biasanya di hari-hari akhir kerja seperti ini para pegawai sudah tidak berangkat kerja lagi. Tiba-tiba ada salah seorang pegawai AJMP, seorang bapak laki-laki,tetapi bukan beliau yang mengurus berkas SKL para mahasiswa.

Kemudian Drh. Ligaya yang bertanya kepada bapak tersebut, “Pak, memangnya AJMP masih buka ya? Bapak tersebut menjawab,” wah, sudah tutup bu, tadi sih semua pegawai sudah datang pagi-pagi sekali sekitar pukul 08.00 kemudian mengambil daging dan pulang. Kemudian Drh. Ligaya melihat pada saya dan berkata, “ Tuh kan, betul… biasanya di akhir-akhir kerja seperti ini para pegawai sudah tidak mau aktif lagi. Saya,” iya dokter… dokter sendiri ada keperluan dengan siapa dokter? Drh. Ligaya,” saya mau bertemu dengan mbak Yanti bagian sekretariat Klinik, Reproduksi, dan Patologi. Saya,” oh begitu dok, kalau begitu saya permisi ya dok, ingin siap-siap pulang saja, biar nanti mengurus berkas setelah masuk aktif di awal perkuliahan saja. Terima kasih ya dok…

Pukul 10.30 persiapan sudah selesai. Berpamitan dengan ibu kos, dan langsung melaju ke arah Merak dengan mengendarai sepeda motor berpanduan dengan selembar peta yang saya dapat dari prof. google. Saya lewati alur melalui Jasinga. Belum lagi sampai jasinga, macetnya….terjadi di pasar Lw.liang. panjang betul… sampai motor hanya diam di tempat beberapa waktu lamanya. Panas..iya karena cuaca di Lw.Liang saat itu panas. Tapi saya lihat arah ke Jasinga mendung hitam berjalan dan sepertinya akan terjadi hujan yang sangat deras.

Beberapa waktu kemudian…. Telah dilewati pasar Lw.liang ini, dan berlanjut perjalanan ke arah Jasinga. Belum lagi melewati Jasinga, hujan turun dengan deras. Saya kenakan jas hujan untuk menhindari basahnya pakaian dan tas yang dibawa. Huft… berlalu perjalanan yang cukup panjang dan saya merasakan pakaian yang dikenakan basah. Sepertinya jas hujan yang saya pakai tembus, dan pakaian yang saya kenakan basah. Jadi bertanya-tanya, setiap kali saya memakai jas hujan, tidak ini tidak itu, kenapa selalu tembus ya… dan berlalu perjalanan melewati hutan sawit disertai hujan yang semakin deras. Seiring dengan derasnya hujan saya berpikir dan teringat sms nasihat yang kau berikan. Bahwa pulang dengan motor untuk saat ini sangat berisiko, apalagi cuaca sedang tidak stabil. Pikiran saya melayang-layang seiring dengan mendinginnya tubuh ini karena basahnya pakaian dan derasnya hujan yang turun. Akhirnya saya putuskan, saya belokkan motor saya ke arah balik. Saya akan pulang dengan bis saja untuk saat ini. Mungkin saat ini belum waktunya pulang dengan menggunakan motor.

Maaf, karena tidak mengindahkan nasihatmu…,

Ketika ke arah balik, alur yang saya lewati memang jalan yang berlubang. Di belakang mobil jip saya ikuti alur perjalanan disertai dengan hujan dan genangan air di permukaan jalan. Pada satu waktu, terdapat lubang dan saya hindari ia. Saya belokkan kea rah kiri tetapi di kiri jalan ternyata terdapat lubang pula. Dan sekonyong-konyong tangan kanan saya mengerem dengan reflex. Ckit ckit ckit…ban depan tak berputar tetapi tetap melaju ke depan. Keseimbangan menjadi tidak sempurna, saya kerahkan tubuh ini untuk menjaga keseimbangan antara motor dan tubuh. Saya ulurkan kaki kiri ke arah jalan dan…blast….sandal dan jari kaki terseret mencium aspal. Tiada henti saya berucap,” Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah sepanjang perjalanan pulang ke arah kosan. Maaf karena tidak mengindahkan nasihatmu. Sambil melaju dengan pelan saya lihat di pinggiran jalan beberapa orang yang berteduh menunggu berhentinya hujan. Malu di lihat mereka karena hampir jatuh, tapi di lain pihak saya bersyukur tidak terjadi hal yang fatal.

Sesampainya di kosan, saya lihat jari telunjuk kaki kiriku yang berdarah. Astaghfirullah…inilah cobaan. Saya bersihkan motor dengan memandikannya dengan sampo dan memeriksa apakah ada yang aneh dengan motor saya. Hujan di bogor pun tidak kalah deras dengan yang terjadi di Jasinga. Dan saya pun berpikir, kalaupun saya nekat menggunakan motor, maka tubuh ini rasanya tidak akan kuat untuk sampai di kampung halaman. Telah berlalu bis Garuda Pribumi ekonomi bertandar di pinggiran jalan itu, keduanya menuju arah merak. Saya tetap bersabar menunggu bis ekonomi AC. Saya bela-belain untuk memilih ekonomi AC, kenapa? Alasan pertama saya akan terhindar dari orang-orang yang merokok. Betul? Secara, kalau merokok diruangan ber-AC akan dimarahi oleh supir dan kenetnya. Kedua, tarif yang dipakai pasti sudah pakem, tidak berubah. Sedang bis ekonomi, tarif bisa dimain-mainkan demi mendapat keuntungan yang berkali-kali lipat aji mumpung. Mumpung dalam rangka arus mudik. Dalam menunggu bis ini saya mendapat pelajaran,

  1. Para kenet dan semua calo penumpang akan berbohong demi terpenuhinya bis yang akan melaju itu.

Kenapa saya mengambil pelajaran ini. Ketika kali saya sampai di Ciawi saya bertanya pada kennet Garuda Pribumi arah Merak. Bang…AC bukan? Kennet tersebut menjawab,” Wah yang AC nanti malam jam 1 baru ada. Saya,” hm, sangat aneh, dulu ketika saya sampai di Ciawi pukul 22.00 katanya bis ber-AC sudah tak ada lagi, terlambat mas… dan sekarang baru di Ciawi pukul 18.20 kennet berkata ada bis ber-AC pukul 01.00…. kemudian salah satu dari kennet berkata kepada calon penumpang yang akan menuju Merak pula,” yo… bis terakhir ke Merak, bis terakhir ke Merak…. Menguatkan simpulan saya bahwa mereka akan melakukan kebohongan untuk memenuhi bis agar lekas jalan.

Dan bis ekonomi AC pun muncul dari arah Bandung-Merak. Alhamdulillah…